Powered By Blogger

Rabu, 24 Juli 2013

Pragmatisme yang bernama cinta

Begitu banyak rasa, begitu samar semuanya..
Seperti Masa yang sangat suram, seperti jiwa yang begitu muram
Aku melihat pelangi hitam, setelah mendung pekat
Siapa aku, siapa kamu, siapa kita.. aku tidak memahami rentetan cerita ini
Kamu adalah fragmen senja, datang dalam secarik kertas tak bernama
seharusnya mimpi ini tetap menjadi mimpi, dan kenangan tersimpan dalam loker hati
Semua yang terjadi menjadi sebuah gerigi besi pemutar sepi
Ku lelah, jiwa melemah, setan pecundang bergentayangan kembali.
Mereka merobek-robek sendi jiwa ragaku
Wahai penguasa Rasa, Duhai penjaga jiwa.. Mohon jangan beri rasa ini
Aku merendahkan diriku serendah-rendahnya
hingga lututku mencium bumi, dan dahiku juga..
Seberapa kuat aku, seberapa tajam pedangku
Semua tak berguna, aku kehilangan fungsi
Bintang redup semakin redup
Aku seperti Bintang mati yang semakin mati
Harapan dan kekosongan yang belum pernah terasa sebelumnya
Kamu tertawa, ketika air mata dari cinta belum mengering
Cinta, cinta, cinta, Pembohongan dari doktrin yang dibuat manusia sejak Bumi lahir
Paradox alam yang menipu, yang membungkam logika, yang menekan kebebasan
Cinta, cinta, cinta, Konspirasi semesta yang siaga menyakiti tiap jiwa yang terbuai
Pragmatisme Hasrat memiliki dengan Motivasi
Alih alih menetralkan racun, aku menenggelamkan diri dalam bisa
Sekonyong-konyong aku kehilangan nafasku
dan lenyap seiring Samudra yang menguap
Aku dibodohi oleh kebodohan
Aku ditipu oleh kenaifan
Aku ditelanjangi ketika aku terlelap bermimpi
Ini adalah rasa, dan ini adalah Semu
Kelopak mawar akan berjatuhan seiring pedih yang nyata
dan duri - durinya akan menyengat sampai mati
sampai mati yang berulang ulang kali
Selamat mengecap Empedu rasa
Supaya belajar menggunakan logika
ini pragmatisme yang bernama cinta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label